Sabtu, 29 September 2018

20 Peranyaah rosu kepada iblis laknatullah

Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia mendatangi Rasulullah SAW untuk memberitahu segala rahasianya; tentang hal - hal yang disukai maupun dibencinya. Maksudnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia


Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar menyuruh engkau enghadap Rasullullah SAW. Hendaklah engkau buka segala rahasia engkau dan apa-apa yang ditanyakan oleh Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan diputuskan semua bagian anggota badanmu, uratmu serta disiksa dengan azab yang amat keras."

Demi mendengar kata Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai; panjangnya seperti ekor lembu. Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah SAW.

Maka sembah Iblis (laknatullah), "Ya Rasulullah! Mengapa tuan tidak menjawab salam hamba? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?"

Maka jawab Nabi dengan marah, "Hai Aduwullah seteru Allah! Kepada aku engkau menunjuk baikmu? Jangan engkau mencoba menipu aku sebagaimana engkau menipu Nabi Adam a.s sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil disebabkan hasutanmu, Nabi Ayub kau tiup dengan asap racun pada saat ia sedang sujud hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Nabi dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu. Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja yang tidak aku jawab karena diharamkan Allah.

Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa maumu hingga menemui aku?"

Sembah Iblis, "Ya Nabi Allah! Janganlah tuan marah. karena tuan adalah Khatamul Anbiya maka tuan dapat mengenali hamba. Kedatangan hamba adalah disuruh Allah untuk memberitahu segala tipu daya hamba terhadap umat tuan dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang tuan tanyakan akan hamba terangkan satu persatu dengan sebenarnya, tak satupun hamba berani menyembunyikannya."

Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya hamba berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badan hamba menjadi abu."

Setelah mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluang untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada sekalian umatku.

Rasul     :    "Hai Iblis! Siapakah musuh engkau yang paling besar dan bagaimana aku terhadap engkau?"

Iblis       :    “Ya Nabi Allah! Tuanlah musuh hamba yang paling besar di antara segala musuh hamba di muka bumi ini."

(Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun mengeletar karena ketakutan. Sambung Iblis, "Ya Khatamul Anbiya! Ada pun hamba dapat  merupakan diri hamba seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain  hingga rupa dan suara pun sama seperti aslinya, kecuali hanya diri tuan yang tidak dapat hamba tiru  karena dicegah oleh Allah. Seandainya hamba menyerupai diri tuan, maka  terbakarlah diri hamba menjadi abu. Hamba cabut itikad anak Adam supaya  menjadi kafir karena tuan berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya  mereka kuat untuk memeluk agama Islam; begitu jugalah hamba berusaha  menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Hamba akan tarik  sekalian umat Islam dari jalan benar kepada jalan yang salah supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di  dalamnya bersama hamba.")

2. Rasul     :    "Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu terhadap makhluk  Allah?"

Iblis       :    "Adalah satu kemajuan bagi perempuan yan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar